Jumat, 27 Februari 2009

Nabi Muhammad Bisa Membaca?*

Selasa, 2008 September 16


Siapa Syekh al-Maqdisi? Apakah beliau ahli sejarah? Pakar tafsir? Ahli hadits? Saya tidak mengenalnya. Apakah keilmuan beliau lebih hebat dari al-Waqidi, Ibnu Hisyam, Shafiyyurrahman al-Mubarakfuri, dan Sa’id Ramadhan al-Buthi dalam bidang sejarah? Atau beliau lebih hebat dari Ibnu Katsir, al-Qurthubi, Sayyid Quthb, al-Maraghi, dan Mahmud Syaltut dalam bidang tafsir? Atau beliau lebih hebat dari asy-Syafi’i, Abu Hanifah, Malik, Ahmad, Ibnu Taimiyah, asy-Syaukani, al-Qaradhawi dalam bidang fiqh? Atau beliau lebih hebat dari Bukhari dan Muslim dalam bidang hadits? Seorang ulama didudukkan pada keahliannya. Apakah keahlian dari Syekh al-Maqdisi? Karena setahu saya, ulama-ulama terkemuka yang saya sebutkan diatas telah menyebutkan bahwa Nabi Muhammad Saw. adalah seorang yang buta huruf.


Mengenai riwayat Nabi tidak bisa membaca, dapat dilihat dari hadits Nabi yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari. Pada saat malaikat Jibril berkata pada Nabi, “Bacalah!” Nabi menjawab, “Aku tidak bisa membaca”. Malaikat Jibril kembali berkata, “Bacalah!”. Nabi menjawab dengan jawaban yang sama. Sampai yang ketiga kalinya malaikat Jibril membacakan surat al-Alaq ayat 1-5. Pada peristiwa ini, ayat al-Quran pertama kali muncul dan Muhammad diangkat menjadi Nabi dan Rasul. Peristiwa ini mutawatir! Yang diriwayatkan oleh banyak riwayat dan telah menjadi masyhur!


Seandainya Nabi bisa membaca, maka jawabannya ketika diperintahkan membaca oleh malaikat Jibril adalah, “Tulisan yang mana yang mesti aku baca!”. Tapi beliau langsung menjawab, “Aku tidak bisa membaca”. Ini artinya, jawaban itu keluar secara spontan karena sehari-harinya Nabi memang “Tidak bisa membaca!”. Bukankah Nabi orang yang jujur (al-amin)?


Pada kondisi Nabi, seharusnya kita jangan mempertentangkan antara buta huruf dengan jenius. Kalau dalam kondisi manusia biasa pada umumnya, sah-sah saja, ngga mungkin ada orang yang buta huruf itu jenius. Tapi ini Nabi dan Rasul. Beliau mendapat bimbingan langsung oleh Allah. Allah berfirman dalam surat al-Kahfi ayat 110: “Katakanlah, sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia seperti kamu, hanya saja aku diberi wahyu.”


Kesalahan-kesalahan Nabi misalnya ketika bermuka masam pada Abdullah bin Ummi Maktum yang buta, langsung mendapat koreksi Allah, bahwa hal itu salah. Kemunafikan dan rencana jahat musuh bisa diketahui dengan jelas oleh Nabi, karena sebelumnya Allah memberitahukannya. Perintah berhijrah disaat kaum muslimin lemah, itu juga perintah Allah. Nabi melancarkan perang Jihad juga atas perintah Allah. Dan masih banyak lagi hal-hal menarik lainnya tentang hal ini. Apakah ini sebagai bukti bahwa Nabi bukan orang yang jenius?


Saya melihat yang memberi komentar pada buku tulisan Syekh al-Maqdisi adalah orang-orang liberal. Coba sodorkan kepada ahli fiqh seperti Prof. al-Qaradhawi atau ahli hadits seperti Prof. al-A’zhami, pasti dikritik habis-habisan. Buku-buku seperti Syekh al-Maqdisi, setahu saya, juga banyak ditulis oleh para orientalis-misionaris-zionis. Dan hampir-hampir sudah tidak laku lagi dipasaran. Jika subjudulnya sampai mengatakan “Runtuhnya Mitos…” terdengar sangat bombastis. Apakah Nabi buta huruf itu sebuah mitos atau sebuah kenyataan yang sesungguhnya? Jika pun masih ada pertentangan antar ulama, tidak bisa seenaknya dikatakan runtuh. Ya, menurut saya ini hanya strategi pasar saja ketimbang kenyataan sebenarnya.


Terakhir. Kita mesti berhati-hati dengan pemikiran para orientalis-misionaris-zionis. Mereka seringkali mengangkat-angkat dalil yang lemah dan menyingkirkan dalil yang kuat. Mereka mengambil sumber pustaka bukan dari ulama-ulama yang dikenal keahliannya. Mereka memandang Islam dari sudut pandang agama mereka yang jelas-jelas banyak kebatilannya. Mereka menyimpan maksud tersembunyi, yaitu maksud jahat untuk meruntuhkan sendi-sendi keislaman kaum muslimin. Mereka bekerja sama dengan para aggressor, penjajah pemikiran, salibis dan zionis. Fakta ini sudah menjadi rahasia umum yang bisa dibaca dalam buku Orientalism karya Dr. Edward Said dan al-Musytariqun karya Dr. Musthafa as-Siba’i. Wallahu a’lam.

*Ini adalah tanggapan saya atas sebuah diskusi tentang Nabi Muhammad bisa Membaca (di ambil dari buku syaikh al-maqdisi) di milis FLP pusat beberapa waktu yang lalu.

Label: Tanggapan

1 komentar:

priyodjatmiko mengatakan...

Syaikh Al Maqdisi adalah nama samaran, seorang misionaris di Arab. Penerbit Indonesia yg menerbitkan bukunya entah teledor atau sengaja, menerbitkan dengan judul "Buta Huruf atau Jenius" sebagai eufimisme dari judul aslinya "Khurrafatu Ummiyatu Muhammad", dia menganggap umminya Nabi yg merupakan ijma` ulama2 pendahulu sbg khurafat. Argumentasinya berkisar seputar penafsiran independen tentang ayat dan hadits tanpa sekalipun mencoba untuk merujuk pada pendapat ulama terdahulu. Silahkan cek ke link misionaris berikut: http://alkalema.site90.net/cd1.htm
dan ini judul buku2nya yg lain: muhammad al watsaniyah (paganisme muhammad), kaafir ibnu kaafir (kafir anak orang kafir), majhul an tarikh muhammad dst. Sayangnya sebagian umat islam yg mudah dibodohi seperti ini.

Mengenai Saya

anda ingin beselancar internet dengan bahasa arab silahkan klil disini!